BOJONEGORO, dutacybermedia.or.id II LSM Lembaga Survive Sambong Cepu Sejahtera (LESSUS) DPD Bojonegoro menggelar Sarasehan Pelatihan Pembuatan Pupuk Granul Organik+ dan Optimalisasi Potensi Kawasan Hutan di Kecamatan Kedewan yang bertempat di Sekretariat DPD LESSUS Bojonegoro
Dukuh Dangilo, Desa Hargomulyo, Kecamatan Kedewan, Selasa (23/09/2025). Kegiatan ini dihadiri perwakilan Perhutani KPH Cepu, Dinas Pariwisata, Kecamatan Kedewan, Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Provinsi Jawa Timur Wilayah Bojonegoro, Bakesbangpol, serta Dinas PMD, dengan dukungan penuh masyarakat sekitar hutan.
Acara dimulai pada pukul 08.00 WIB dengan registrasi peserta yang dilanjutkan dengan pembukaan oleh Tim LESSUS. Setelah itu, Ketua LESSUS DPD Bojonegoro memberikan sambutan yang disusul Camat Kedewan. Pada sesi berikutnya, perwakilan Bakesbangpol Bojonegoro menyampaikan apresiasinya. “Kami berharap kehadiran LSM LESSUS benar-benar memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, serta mampu mengembangkan potensi yang ada. LESSUS bisa menjadi contoh positif bagi organisasi masyarakat lainnya,” ungkapnya.
Memasuki pukul 09.30 WIB, peserta mendapatkan pelatihan pembuatan pupuk granul organik plus yang dipandu oleh Yayasan Daya Tumbuh Indonesia. Nardi, atau akrab disapa Mbah Nardi, menekankan pentingnya komunikasi dan sinergi dalam mengembangkan sektor pupuk di kawasan hutan. “Saya sudah 15 tahun bergerak dalam pemberdayaan pupuk di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Permasalahan utama yang kami temui adalah masih kurang maksimalnya pemanfaatan pupuk di kawasan hutan. Di Kedewan nantinya juga akan dilakukan penelitian kandungan batuan alam sebagai bahan tambahan. Pesan saya, jangan sampai terjadi konflik soal pupuk, tetaplah menjaga komunikasi, dan berkolaborasi dengan semua pihak,” jelasnya.
Sesi inti dimulai pukul 10.15 WIB dengan materi Optimalisasi Potensi Kawasan Hutan yang disampaikan oleh Marwanto, perwakilan Perhutani KPH Cepu. Ia menekankan pentingnya keseimbangan antara aspek ekologi dan sosial dalam pengelolaan hutan. “Optimalisasi kawasan hutan harus sesuai dengan prinsip-prinsip Perhutani. Misalnya, kami menggunakan teknik tanam zigzag dengan jarak 3×3 meter atau 3×1 meter sesuai kebutuhan. Pola ini terbukti lebih efektif untuk menjaga produktivitas lahan tanpa merusak ekosistem,” terangnya.
Selanjutnya, perwakilan CDK Bojonegoro menyampaikan materi kedua terkait optimalisasi hutan melalui skema perhutanan sosial. “Ada dua jalur utama dalam pengelolaan hutan, yakni oleh Perum Perhutani dan kelompok masyarakat. Saat ini terdapat lahan KDPK seluas 361,15 hektare yang bisa dikelola masyarakat melalui program perhutanan sosial dengan izin berlaku hingga 35 tahun. Selain itu, hutan juga bisa dimanfaatkan untuk rehabilitasi lahan maupun mendukung proyek-proyek nasional,” paparnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi interaktif dan tanya jawab antara peserta dengan para narasumber, sebelum akhirnya ditutup sekitar pukul 12.00 WIB.
Tak hanya fokus pada materi, kegiatan ini juga menampilkan produk-produk UMKM binaan LESSUS dari hasil pelatihan sebelumnya. Di antaranya adalah tempe godhong, sego gulung, getuk goreng, krecek, krupuk singkong, tape singkong, serta keripik piscok. Kehadiran produk lokal ini menambah semarak acara sekaligus menjadi bukti nyata upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar hutan.
Sekilas Tentang LESSUS
Lembaga Survive Sambong Cepu Sejahtera atau yang lebih dikenal dengan sebutan LESSUS lahir dari keprihatinan sekelompok tokoh masyarakat di wilayah Sambong, Cepu, dan sekitarnya terhadap kondisi sosial, ekonomi, serta lingkungan yang dihadapi masyarakat desa. Awalnya, lembaga ini terbentuk sebagai gerakan sederhana untuk memberikan pendampingan kepada warga desa dalam bidang pertanian, lingkungan hidup, dan pemberdayaan ekonomi keluarga.
Seiring berjalannya waktu, LESSUS berkembang menjadi organisasi masyarakat yang terstruktur dengan visi membangun kemandirian masyarakat desa berbasis potensi lokal. Fokus awalnya adalah membantu petani dalam mengatasi kesulitan pupuk dan mendukung pengelolaan lahan agar lebih produktif namun tetap berwawasan lingkungan.
Pada periode berikutnya, LESSUS memperluas kiprahnya ke bidang sosial, ekonomi, dan penguatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan, sarasehan, serta pemberdayaan UMKM. Beberapa program yang pernah dijalankan antara lain pelatihan pengolahan hasil pertanian, pengembangan pupuk organik, hingga pendampingan usaha kecil seperti produk olahan pangan lokal.
Kini, dengan kehadiran cabang dan jejaring di berbagai wilayah, LESSUS terus berupaya menjaga konsistensi sebagai lembaga yang hadir di tengah masyarakat. Tujuannya tidak hanya sebatas memberikan pelatihan, tetapi juga menciptakan model pemberdayaan yang berkelanjutan, berorientasi pada kesejahteraan sosial, kelestarian lingkungan, serta pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal.
Dengan landasan nilai gotong royong, kemandirian, dan keberlanjutan, LESSUS diharapkan mampu menjadi contoh bagi organisasi masyarakat lain dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa di sekitar kawasan hutan maupun wilayah pedesaan pada umumnya.
IKL